Asal Usul Keturunan Bugis di Bengkulu

Asal Usul Keturunan Suku Bugis di Bengkulu
Kapal Pinisi


KUPASAN.NET
- Sekitar tahun 1628 terjadi peperangan di kesultanan Negeri Tujuh Wajo, Bugis Sulawesi, Daeng Makrupa  adalah putra Mahkota Sultan Negeri Tujuh yang ingin ikut berperang menggempur musuh­musuh, namun keinginan Daeng Makrupa tidak dipenuhi oleh Sultan. Hati Daeng Makrupa menjadi gundah gulana dan memutuskan bahwa ia akan berlayar dan merantau menuju arah yang tak tentu dengan kapal Pinisi sambil membawa Tambo keturunan dari Negeri Wajo Bugis membelah Samudera Indonesia.

Ketika kapal Pinisi tersebut berada di sekitar perairan Inderapura (Sumatera Barat) terjadi badai dan angin ribut yang besar sehingga membuat Pinisi Daeng Makrupa oleng dan terhempas ke arah tepi dan pecah, dengan besusah payah sambil membawa tembo di tangan kanan diangkat ke atas permukaan air sambil berenang dengan sebelah tangan menuju tepi pantai. Kemudian Daeng Makrupa menghadap Sutan Inderapura menceritakan perjalanannya dan malapetaka yang telah menimpa dirinya sekaligus menjelaskan asal-usul dirinya dengan memperlihatkan dan menjelaskan tembo yang dibawa. Kemudian, Daeng Makrupa diperkenankan tinggal di istana Inderapura. 

Hari berganti minggu, pekan berganti bulan lama kelamasn tingkah laku Daeng Makrupa yang rendah hati, santun bahasanya, tegas dan berakhlak mulia memikat hati Sultan Inderapura. Sultan Inderapura berkenan menjodohkan adik kandungnya dengan Daeng Makrupa. Dari pernikahan Daeng Makrupa dengan adik Sutan Inderapura tahun 1630 lahirlah seorang putra yang diberi nama Sutan Balinam bergelar Sutan Sailan dengan nama Bugisnya Daeng Mabella. Kemudian datang utusan dari Wajo membawa kabar bahwa Ayahanda Sultan Wajo dan saudaranya memohon Daeng Makrupa kembali ke Wajo Bugis, sedangkan Sutan Balinam tetap tinggal di Inderapura. 

Setelah dewasa Sutan Balinam tumbuh menjadi pemuda tampan yang satria, gagah dan pemberani. Perusuh-perusuh habis ditumpasnya, sehingga daerah-daerah tersebut menjadi damai. Kegagahan dan keberanian  Sutan Balinam terkenal hingga ke seluruh pelosok negeri. Kemampuan dan kecakapan Sutan Balinam menarik perhatian Raja Sungai Lemau, oleh sebab itu Sutan Balinam diminta datang ke Bengkulu untuk menumpas  perampok-perampok yang merajalela dan membakar rumah rakyat. Sutan Balinam menyetujui permintaan Raja Sungai Lemau itu. Kemudian ia merantau ke Bangkahulu (Bengkulu). Di Bengkulu Sutan Balinam dijodohkan agar menikah dengan Encik Siah, anak Datuk Pasar Bangkahulu, setelah menikah pasangan ini mendapatkan anak laki-laki diberi nama Daeng Makulle. Sutan Balinam mangkat dimakamkan di Gobah (Kubah) di samping Kantor Lurah Kampung Kelawi.

Daeng Makulle dijodohkan dengan Datuk Nyai putri Pengeran Mangku Raja. Daeng Makulle wafat pada tahun 1753 dimakamkan di Kampung Bukit, Pantai Jakat Bengkulu. Setelah wafat, Datuk Nyai dimakamkan pula di tempat yang sama berdampingan dengan suaminya. Makam Datuk Nyai dan Daeng Makulle oleh Penduduk Pasar Bengkulu dan Talang Mulia disebut Keramat Gobah. Saat ini makam mereka rata dengan tanah, namun batu-bata makam mereka masih ada. Meskipun, pada tahun 1985 kedua makam gobah tersebut masih berdiri kokoh,  namun tangan-tangan jahil tetap saja menghancurkannya.

Penulis: V. Sozi Karnefi


أحدث أقدم